Penulis: La Ato
KENDARI, BONDO.ID – Pemerintah Kota (Pemkot) Kendari melalui Dinas Pendidikan, Pemuda, dan Olahraga meluncurkan Sekolah Satu Rekening Satu Pelajar, Ciptakan Lingkungan Tanpa Sampah atau Program Kejar Tuntas di SMP Negeri 2 Kendari, Selasa, 3 Januari 2023.
Penjabat Wali Kota Kendari, Asmawa Tosepu mengatakan, program Kejar Tuntas ini adalah suatu program yang sangat strategis dalam memastikan lingkungan sekolah termasuk lingkungan sekitar bersih dari sampah.
Selain itu, lanjutnya, program ini juga sebenarnya membangun kesadaran, bukan hanya kepada warga masyarakat, tetapi juga kepada anak-anak usia sekolah untuk mulai sejak dini peka terhadap kondisi kebersihan lingkungan di lingkungan masing-masing.
“Baik itu lingkungan sekolah maupun lingkungan tempat tinggalnya. Melalui peran sekolah, bank sampah yang ada di sekolah bisa berfungsi secara maksimal,” kata Asmawa Tosepu.
“Apalagi dengan kerja sama stakeholder, seperti perbankan dan OJK, sehingga sampah yang dikumpulkan anak-anak sekolah kemudian bisa bernilai uang,” tambahnya.
Kepala SMP Negeri 2 Kendari, Abdul Wahid menjelaskan, program Kejar Tuntas, khususnya bank sampah di SMP Negeri 2 Kendari sebenarnya sudah dimulai beberapa tahun yang lalu. Namun, untuk fokus bagaimana bekerja sama dengan menggunakan rekening yang sifatnya non tunai baru dilaksanakan tahun 2022.
“Gencar-gencarnya itu sebenarnya dari awal tahun, tetapi kemudian lebih gencar lagi dengan semangat dari BNI 46, semangat dari OJK, dari Kabag perekonomian, DLHK, dan Dikmudora,” jelasnya.
Dengan adanya program Kejar Tuntas dan bank sampah ini, lanjutnya, bisa melatih anak-anak untuk gemar menabung dan lebih hidup sederhana.
Selain itu, anak-anak juga dilatih untuk bisa memanfaatkan sampah, bagaimana mengolah sampah, termasuk bagaimana memanfaatkan sampah secara ekonomis.
“Di sisi lain juga, dengan bank sampah ini, anak-anak benar-benar dilatih untuk memilah dan memanfaatkan sampah, sehingga tujuannya ke depan adalah bagaimana anak-anak kita kemudian menjadi contoh dan teladan. Terutama di bagian lingkungan keluarganya dulu, kemudian di tetangganya, sampai dengan ke masyarakat sekitar,” lanjutnya.
Ia menyebut, dari jumlah siswa 956, yang memiliki simpanan pelajar dalam bentuk bank atau tabungan yang sudah jadi ada 66 siswa, sedangkan yang masih dalam proses pembuatan ada 59 siswa.
“Tapi satu hal yang sangat membanggakan bahwa dari jumlah 956 itu, jumlah siswa yang telah memanfaatkan sampah melalui bank sampah dengan menyetor sampah ke bank sampah itu berjumlah 631 siswa. Hanya saja memang, yang masuk ke dalam rekeningnya baru 125 siswa,” ujarnya.




































