KENDARI, SULTRA – Di tengah riuhnya isu dan informasi simpang siur, sebuah gelombang perlawanan nyata datang dari pelosok Konawe. Puluhan warga Kecamatan Routa, Kabupaten Konawe, Sulawesi Tenggara, bersama belasan aktivis lembaga swadaya masyarakat (LSM) tumpah ruah di Markas Polda Sultra pada Senin (16/6/2025), kemarin. Mereka bukan menuntut penutupan, melainkan membela investasi.
Para pengunjuk rasa yang tergabung dalam Konsorsium Lembaga Masyarakat Routa Konawe Menggugat ini datang dengan satu misi mendesak aparat kepolisian untuk menindak tegas oknum-oknum penyebar informasi bohong dan provokatif yang mencoba mengganggu iklim investasi positif di Routa, kecamatan terjauh di Kabupaten Konawe. Aksi ini adalah suara kebenaran yang lantang, sebuah perlawanan terhadap narasi palsu yang berpotensi merugikan daerah mereka sendiri.
Koordinator aksi, Randi Liambo, dalam orasinya mengungkap kejanggalan yang telah berlangsung sejak Maret 2025. Ia menyebut adanya serangkaian pemberitaan dan opini yang menyesatkan, seolah-olah berasal dari masyarakat Routa, padahal kenyataannya jauh panggang dari api.
“Kami ingin meluruskan. Mereka yang mengaku-ngaku warga Routa itu bahkan tak pernah menginjakkan kaki di sana. Tapi seenaknya membawa nama kami untuk menyudutkan PT SCM,” tegas Randi, suaranya bergetar menahan geram.
Randi membeberkan bagaimana dugaan opini dan hoaks ini tersebar luas, tak hanya di media namun juga di grup-grup WhatsApp, semuanya bertujuan menyudutkan aktivitas investasi PT Sulawesi Cahaya Mineral (SCM). Padahal, bagi masyarakat Routa, kehadiran perusahaan tambang tersebut justru membawa dampak positif yang nyata.
“Opini yang mereka sebarkan jauh dari kenyataan. Kami masyarakat asli yang tinggal di Routa tahu betul bagaimana PT SCM hadir memberi perubahan,” tambahnya, menekankan bahwa merekalah saksi mata sesungguhnya.
Ancaman pun tak tanggung-tanggung. “Kami sudah laporkan ke Polda Sultra dan Gubernur. Jika tidak ditindak, kami akan kembali turun dengan massa yang lebih besar. Ini soal harga diri kami sebagai masyarakat Routa,” pungkas Randi dalam keterangan persnya yang diterima Redaksi media ini.
Secara terpisah, Suhardin, Ketua Lembaga Pemerhati Hak Asasi Manusia (Lepham) Konawe, yang turut mendampingi aksi tersebut, menyatakan keprihatinannya. Ia merasa terpanggil untuk menyuarakan fakta ini, melihat bagaimana PT SCM telah memberikan dampak positif bagi masyarakat lokal di Routa.
“Sekitar 20 aktivis NGO yang ikut mendampingi masyarakat lokal Kecamatan Routa dalam aksi unjuk rasa kemarin,” jelas Suhardin, menegaskan dukungan luas terhadap suara masyarakat Routa.
Suhardin menyayangkan adanya oknum-oknum yang terkesan menyerang PT SCM di tengah aktivitas perusahaan yang belum lama beroperasi, namun telah memberikan kontribusi nyata.
“Yang kami sayangkan sebagai warga Konawe adanya oknum-oknum yang selalu demo-demo di Jakarta mengatasnamakan masyarakat Routa dan memberikan tanggapan miring terhadap SCM bahkan minta supaya SCM ditutup, ini kan mesti kita lawan. Sebagai putra daerah yang mesti kita lakukan ini kan adalah mendukung adanya investasi di Sultra, khususnya di daerah kita (Konawe),” terangnya, menyuarakan pentingnya dukungan terhadap investasi.
Ia menambahkan, “Masyarakat Routa hari ini menyatakan bahwa itu tidak mewakili mereka, sehingga langkah yang kami ambil yaitu mengadukan hal ini ke Polda Sultra untuk memberikan langkah-langkah hukum dalam hal ini yang kami nilai bisa menghambat investasi di Routa utamanya SCM.”
Dalam pandangan Lepham Konawe, PT SCM telah mematuhi seluruh aturan pertambangan, masalah lingkungan, hingga administrasi, termasuk izin IPKH. Suhardin pun mempertanyakan mengapa masih ada pihak yang terus berunjuk rasa mengatasnamakan masyarakat Routa.
“Semestinya hal ini bisa didiskusikan, bertemu dengan pihak perusahaan, terus dibedah bersama di mana letak kesalahan pihak perusahaan, kalau ada kekurangan apa yang mesti diperbaiki, jangan hanya demo saja akhirnya bunyi di publik bahwa terkesan SCM ini tidak becus,” tegasnya, menyerukan dialog konstruktif.
Sebagai putra daerah, Suhardin menegaskan sikapnya yang objektif. “Saya juga sebagai anak daerah tidak juga harus bela PT SCM kalau dia salah kan begitu, tapi kalau dia sudah benar kenapa kita harus tidak bela? Karena perusahaan ini sementara beroperasi dan kami harapkan dapat memberikan kontribusi bagi daerah, dari sisi PAD-nya, penerimaan tenaga kerja lokal itu kan membuka lapangan pekerjaan bagi masyarakat lingkar tambang.”
Ia juga mengapresiasi langkah-langkah positif perusahaan, seperti beasiswa bagi pelajar asal Konawe. “Itu langkah-langkah positif yang dilakukan pihak perusahaan dan harus kita apresiasi,” ujar mantan Komisioner KPU Konawe ini.
Tak hanya itu, Suhardin juga menyoroti peran perusahaan dalam membuka akses jalan dari Kecamatan Routa menuju Morowali, Sulawesi Tengah, yang kini telah dinikmati masyarakat. “Itu jalan yang dibuat cukup jauh menghabiskan anggaran yang sangat besar, dan kini sudah bisa dirasakan masyarakat, sehingga kami menganggap hal ini mesti disuarakan agar publik juga tahu dan bisa menjadikan pembanding dari informasi-informasi yang berseliweran di luar sana yang memojokkan pihak perusahaan,” tuturnya.
“Yang aneh ini selalunya diganggu ini investasi, ada apa kan begitu? Kalau kita mau bersikap positif terhadap pembangunan kita harus mendukung iklim investasi di daerah kita,” pungkas Suhardin, menutup harapannya agar iklim investasi di Konawe senantiasa kondusif demi kemajuan daerah.
Editor : Hasmar