KONAWE—Bupati Konawe Kery Saiful Konggoasa (KSK) bakal mengakhiri masa jabatannya 23 September 2023 akan datang. Ia telah memimpin Konawe selama dua periode. Waktu yang cukup bagi seorang KSK untuk menorehkan sejumlah karya.
Diawal menahkodai Konawe 2013 silam, KSK bersama wakilnya, Parinringi diperhadapkan dengan sejumlah tantangan berat. Mulai dari pertumbuhan ekonomi yang berada diangkat minus, investasi yang minim hingga pengelolaan keuangan daerah yang masih rendah yang membuat Konawe hanya selalu mentok pada Opini Wajar Dengan Pengecualian (WDP) dari penilaian Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) RI perwakilan Sultra.
Ketiga hal itu hanya sekelumit masalah yang tampak dipermukaan. Tantangan lain masih berkelebat dan menjadi PR besar KSK hingga diperiode kedua kepemimpinannya bersama Wakil Bupati, Gusli Topan Sabara yang telah wafat Agustus 2021 lalu.
Selama satu dekade memimpin Konawe dengan sejumlah gebrakannya, KSK telah memberikan sejumlah warisan atau legasi untuk generasi pemimpin Konawe selanjutnya. KSK juga telah menetapkan standar tinggi bagi pemimpin Konawe selanjutnya dengan beragam capaian yang telah ia peroleh.
Setidaknya ada hal menonjol yang menjadi warisan KSK, yang kini telah dinikmati dan bisa terus dikembangkan oleh nahkoda Konawe selanjutnya.
Pertama, ladang investasi mega industri Morosi. Industri pengolahan nikel tersebut memang bukan dibangun oleh pemerintahan KSK. Akan tetapi, KSK menjadi sosok paling berperan di sana dalam menarik investor Tiongkok, sehingga industri yang menyerap hingga puluhan ribu pekerja lokal itu dapat berdiri dan beroperasi di Konawe.
“Tidak gampang menarik investor di Konawe. Sampai-sampai orang bilang molangu itu Kery. Tapi lihat saat investor telah masuk, semua dapat menikmatinya. Bukan saja warga Konawe, tapi juga Sultra dan daerah lainnya di Indonesia,” ujar KSK.
Selain menarik investor di Morosi, KSK juga mampu menarik investor besar lainnya di Konawe. Saat ini ada dua proyek raksasa yang tengah dalam proses pembangunan di Konawe. Keduanya, sama-sama merupakan industri pengolahan Nikel. Dua proyek itu, yakni Indonesian Konawe Industrial Park (IKIP) di Routa dan Konaweha Industrial Park (KIP) di Bondoala. Dua proyek ini bakal bakal menjadi masa depan Konawe, bahkan Indonesia.
Kedua, Badan Layanan Umum Daerah (BLUD) Rumah Sakit (RS) Kabupaten Konawe. RS tersebut dibangun dengan dana pinjaman dari PT SMI (BUMN) dan telah diresmikan Menteri Keuangan Sri Mulyani 2018 lalu. RS tersebut telah mendapat predikat bintang lima atau paripurna. Di Sultra, hanya adat tiga RS yang berpredikat paripurna, yakni RS Konawe, RS Siloam Baubau dan RS Bahteramas yang merupakan RS rujukan provinsi.
“Kita bersyukur, RS Konawe kini tak hanya memenuhi pasien daerah, tetapi juga telah menjadi rujukan pasien daerah tetangga,” jelasnya.
Ketiga, kawasan revitalisasi Kota Unaaha, Inolobunggadue Central Park (ICP). ICP saat ini menjadi icon baru Konawe. Menjadi pusat rekreasi baru warga Konawe. Di sana, orang-orang bisa menikmati wisata kuliner, aneka permainan anak hingga olahraga.
“Di awal pemerintahan kami, fokus pembangunan kami ada di desa-desa. Saat ini fokusnya di Unaaha. Salah satu yang dipercantik adalah area kantor bupati. Di sini akan menjadi tempat pusat keramaian yang bisa dinikmati warga Konawe. Ini bisa menjadi kado untuk warga diakhir pemerintahan kami,” tandasnya.
Jika harus mengulik lebih jauh, warisan yang telah ditinggalkan KSK jauh lebih banyak. Baik itu di bidang pertanian, perkebunan dan dana sejumlah capaian lain yang telah ditorehkan KSK di kancah nasional. (Rls).