Penulis : Zuwal
MUBAR, BONDO.ID – Pernyataan Pj Bupati Muna Barat Dr. Bahri yang akan mengubah nama ibukota Laworo menjadi Laworoku hanya disalah tafsirkan.
Kabag Humas dan Protokoler Kabupaten Muna Barat, Fajar Fariki menjelaskan penggunaan akhiran -ku pada kata Laworoku bukan bermaksud mengganti UU Nomor 14 itu. Namun, kata itu dimaksudkan untuk menamakan kompleks Bumi Praja Laworoku.
“Nama Ibukota Laworo itu produk dari Undang- undang, yang diinginkan adalah menyematkan istilah “Laworoku” insyallah di depan pintu gerbang sarana dan infrastruktur layanan pemerintahan menjadi “ selamat datang di bumi praja Laworoku”,” ungkap Fajar Fariki, Kamis, (23/062022)
Fajar menyebutkan tujuan rencana penambahan nama, secara sosiologi adalah ingin membangun suatu semangat dan energi guna menolong konstruksi “ Rumah Besar” bernama muna barat sebagai miniatur indonesia dengan segala keberagamannya.
“Ini artinya berkesan istilah laworoku menjadi milik semua masyarakat ditiga wilayah besar. Disamping itu pula penamaan “Laworoku” secara subtansi memberi gambaran bahwa Mubar dihuni oleh berbagai suku bangsa dan agama ( masyarakat majemuk ) sehingga tidak berlebihan kita istilah Mubar sebagai miniatur Indonesia,” jelas mantan Kabag Humas Muna itu.
Pj Bupati Dr. Bahri mengaku Penamaan kata “Laworoku” bukan untuk mengubah nama ibukota yang jelas-jelas sudah tertuang dalam UU tetapi ia ingin memakai kata itu pada Kompleks perkantoran yakni Bumi Praja Laworoku.
Ia menyebut pada prinsipnya tujuan pembangunan tidak keluar dari tiga wilayah besar Lawa Tiworo dan Kusambi.
“Saya tambah menjadi Laworoku. Itu adalah bagian integrasi dari tiga wilayah besar sehingga semua dari tiga wilayah ini rasa saling memiliki. Tapi tidak ada tujuan lain apalagi mengubah UU itu,” jelas Bahri, saat ditemui di Rujab Bupati Mubar, Kamis, (23/06/2022).
